Makalah
sosiologi
‘’konflik
politik apartheid ‘’
Disusun oleh :
©
Bagus ryanda wowor
©
Dimo risky fajri
©
Lisa yana
©
Muhammad shandy agusti
©
Silvia eka putri
SMAN 3 PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2012 / 2013
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang Ilmu konflik Khususnya tentang pembahasan KONFLIK POLITIK APERTHEID yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang
“Konflik Politik Apertheid” Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi
juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Pekanbaru
, oktober 2012
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................................
·
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................
·
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
·
1.3 Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................
BAB II. PEMBAHASAN ..............................................................................................
A. PERKEMBANGAN
MASALAH POLITIK APARTHEID DI AFRIKA SELATAN
B. PERGERAKAN
POLITIK AFRIKA SELATAN DALAM MENENTANG POLITIK APARTHEID
C.
PERAN NELSON MANDELA DALAM PENGHAPUSAN RASIALISME
BAB
III. PENUTUPAN ..............................................................................................
·
1.4 Kesimpulan .............................................................................................
·
1.5 Saran ..............................................................................................
·
1.6 Daftar Pustaka.........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Apertheid berasal dari
pendudukan yang dilakukan oleh Bangsa Eropa diAfrika . Bangsa Eropa yang
pertama kali datang keafrika selatan adalah Bangsa Belanda . Bangsa belanda
datang ke Afrika Selatan dimpin oleh Jan Anthony Van Riebeeck . Kedatangan
bangsa Belanda ini menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat afrika
selatan . Masyarakat afrika selatan menjadi dibawah penduduk bangsa Eropa (
Belanda / kulit putih ) sehingga masalah perbedaan warna Kulit ini menjadi
titik pangkal munculnya masalah Apertheid .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana
Politik Apertheid bisa terjadi ?
2. Dimana
politikApertheid terjadi ?
3. Siapakah
yang memprakasai Politik Apertheid dibubarkan ?
1.3 Tujuan
Tujuan daripada penulisan makalah ini adalah :
- Mengetahui terjadinya konflik
di afrika.
- Mengetahui keadaan Negara-
Negara di afrika
- Memperdalam pengetahuan tentang
konflik di afrika.
BAB II. PEMBAHASAN
Daerah Afrika
selatan selain tanhnya subur dan juga memilki hasil penambangan emas. Daerah
itu pada awalnya dikuasai oleh bangsa Portugis, tetapi sejak abad ke-7 diambil
alih oleh bangsa Belanda.Sejak itu daerah Afrika selatan menjadi daerah koloni
Belanda dan banyak orang-orang Belanda yang datang dan menetap di daerah
itu.Pada tahun 1812, Orang-orang Inggris juga datang juga datang ke daerah
Afrika Selatandan mendesak orang-orang Belanda (Boer).Setelah terjadi perang
hebat (perang boer), bangsa Belanda mengalami kekalahan, sehingga Afrika
selatan dibagi menjadi 2 bagian yaitu Afrika selatan bagian utara diduduki oleh
bangsa boer dan Afrika Selatan bagian selatan diduduki oleh Inggris.Di bagian
selatan Inggris mendirikan negara Natal dan Cape Town, sedangkan di bagian
selatan berdiri 2 buah negara yaitu Oranye Vrijstaat dan Transvaal.
A. PERKEMBANGAN MASALAH POLITIK
APARTHEID DI AFRIKA SELATAN
Pada tahun 1910 Perang Boer kedua berakhir dan Inggris berhasil mempersatukan
wilah Afrika Selatan dalam satu Uni Afrika Selatan menjadi republik denagn
presidennya Hendrik Verwoed. Verwoed yang berhasil membuat kebijakan untuk
memisahkan mayoritas orang kulit putih dan mayoritas kulit hitam justru malah
menimbulkan diskriminasi antara keduanya. Sebelum dilaksanakan Politik
Apartheid sebenarnya telah lama dilakukan hal-hal yang merupakan gejala
Apartheid, antara lain :
1. Native Land Act (Undang-undang Pertanahan Pribumi)
tahun 1913 yang melarang kulit hitam membeli tanah di luar daerah yang sudah
disediakan bagi mereka.
2. Undang-undang Imoraitas tahun 1927 yang melarang terjadinya perkawinan
campuran antara kulit putih dengan kulit hitam atau kulit berwarna lainnya.
Pengganti Verwoed adalah Pieter Botha pada tahun 1976 ia mengumumkan bahwa
homeland-homeland yang dibentuk dimaksudkan untuk menjadi negara bagian yang
otonom. Namun siapa pun dapat memahami dengan mudah bahwa Politik Apartheid
yang mengadakan pemisah pembangunan daerah-daerah pemukiman dimaksud untuk
memecah belah persatuan dan kesatuan Afrika Selatan, sekaligus mengamankan
pemerintahan minoritas bangsa kulit putih di daerah itu.
Gambar : Peta Afrika Selatan
Orang-orang kulit hitam yang semula tidak mengerti bahwa kebijakan
pemerintahannya, lambat laun mengerti bahwa tujuan sebenarnya adalah
diskriminasi rasial (perbedaan warna kulit). Oleh karena itu mereka bangkit
mengadakan perlawanan, tetapi pemerintaha Pieter Botha dengan kejam menumpas
setiap perlawanan yang terjadi. Banyak tokoh-tokoh kulit hitam yang dijebloskan
dalam penjara, seperti tokoh kharismatik Nelson Mandela yang terpaksa
mendekam dalam penjara selama 27 tahun. Selain perlawanan bersenjata, usaha-usaha
mengakhiri Politik Apartheid juga dilakukan melalui perjuangan politik.
Partai-partai yang terkenal antara lain Partai Konggres (ANC) pimpinan Nelson
Mandela dan Inkatha Freedom Party pimpinan Mongosuthu Buthulesi. Salah
seorang tokoh pergerakan Afrika Selatan yang juga sangat terkenal adalah Uskup
Agung Desmond Tutu.
Perjuangan rakyat Afrika Selatan yang tidak mengenal lelah akhir membawa hasil.
Timbulnya gejala-gejala ras diskriminasi orang-orang Belanda dari kaum kristen
Kalvanis yang pertama datang ke Afrika Selatan telah memandang penduduk pribumi
kulit hitam dengan pandangan yang rendah. Penduduk pribumi dianggap sebagai
bangsa yang biadab, primitif dan dianggap sebagai keturunan putra-putra Ham
(anak kedua Nabi Nuh) yang dikutuk oleh Tuhan untuk jadi budak. Pandangan itu
yang menyebabkan terjadinya perbudakan atas bangsa kulit hitam oleh penduduk
kulit putih.
Perbudakan di Afrika Selatan mengikuti usaha cari keuntungan yang besar dengan
dibukanya tambang-tambang intan dan emas. Dengan berlakunya sistem perbudakan,
maka memudahkan diperoleh pekerja-pekerja yang amat murah. Tempat tinggal
mereka tidak boleh berbaur dengan tempat kulit putih.Daerah untuk kulit hitam
disediakan khusus yang jauh terpisah dan berpagar rapat. Untuk keluar masuk pemukiman
diwajibkan mempunyai surat pas. Dengan sistem itu, maka penguasaan atas
persediaan tenaga kerja akan terjamin.
Sampai pada abad ke-19 pemukiman kulit hitam masih bercampur dengan daerah
kulit putih, tapi pada permulaan abad ke-20 mereka digiring ke daerah
pinggiran. Penduduk peranakan dan keturunan India juga termasuk bangsa yang
diusir dari kota.Sebuah perkampungan kulit hitam yang besar ialah perkampungan
Soweto di sekitar Johannesrburg. Sejauh mata memandang yang tampak hanya
kompleks pemukiman yang amat luas dengan rumah-rumah primitif yang kotor.
Demikian pandang Kennedy, senator Amerika Serikat yang mengunjungi Afrika
Selatan. Rumah-rumah itu tidak disediakan pemerintahan dengan cuma-cuma, tetapi
ditarik sewa yang amat tinggi, sementara upah para buruh amat rendah.
Pada tahun 1913 penguasa kulit putih mengeluarkan undang-undang pertanahan
pribumi (Native Land Act) yang melarang kulit hitam membeli tanah di luar
daerah yang telah disediakan untuk mereka. Pada tahun 1927 dikeluarkan kembali
undang-undang Imoralitas yang melarang hubungan seks antara kulit putih dan
kulit hitam. Perkawinan campuran antara kulit putih dan kulit hitam atau kulit
berwarna lainnya dilarang keras.
Politik Apartheid dirancang oleh Hendrik Verwoed. Apartheid menurut bahasa
resmi Afrika Selatan adalah Aparte Ontwikkeling artinya perkembangan yang
terpisah.
Memperhatikan makna dari arti Apartheid itu kedengarannya baik yaitu tiap
golongan masyarakat, baik golongan kulit putih maupun golongan kulit hitam
harus sama-sama berkembang. Tapi perkembangan itu didasarkan pada tingkatan
sosial dalam masyarakat yang pada prakteknya menjurus pada pemisahan warna
kulit dan terjadinya penistaan dari kaum penguasa kulit putih terhadap rakyat
kulit hitam.
Gambar : Hendrik Verwoerd
Verwoed menyusun rencana pembentukan homeland, yang disebut juga Batustan.
Homeland dilaksanakan dengan diadakannya pembagian kembali Afrika Selatan
berdasarkan wilayah kesukuan. Tiap orang kulit hitam Afrika Selatan diharuskan
menjadi warga negara salah satu homeland atas dasar tempat lahirnya. Untuk
memantapkan proyek homeland dikeluarkan bantuan biaya untuk perangsang termasuk
perangsang untuk pemasukan modal dari luar untuk homeland. Kemajuan-kemajuan
kecil tampak dari proyek itu. Perkembangan Politik Apartheid di Afrika
Selatan, Partai Nasional memenangkan pemilihan umum dengan program Politik
Apartheid. Kontak antara ras yang dapat membahayakan kemurnian ras
dibatasi.
Segregasi atau pemisahan dan perkembangan terpisah tidak hanya berlaku untuk
golongan rasial yang penting, tetapi juga untuk kelompok-kelompok yang lebih
kecil.Kemenangan Partai Nasional bukan suatu kebetulan, melainkan merupakan
hasil situasi Afrika Selatan itu sendiri. Setelah berkuasa, Partai Nasional
bergerak secara sistematis untuk memperkuat kedudukannya dalam parlemen dan
memperluas kedudukannya di luar parlemen. Dalam rangka hak-hak politik golongan
kulit hitam, golongan kulit berwarna Asia yang telah terbatas dikurangi dan
lambat laun dihapus. Di antara hak-hak itu adalah sebagai berikut :
1. Pada tahun 1951 dikeluarkan Bantu
Authorities Act yang menghapuskan DPR Pribumi dan sebagai gantinya ditetapkan
pembentukan pemerintahan suku.
2. Orang kulit hitam tidak boleh tinggal di daerah perkotaan kulit putih selama
lebih dari 72 jam.
3. Pada tahun 1945 dikeluarkan Native Land Act yang melarang orang kulit hitam
memiliki atau membeli tanah di daerah perkotaan.
4. Segregasi pendidikan dilaksanakan dengan Bantu Educationa Act pada tahun
1953.
Dia antara proyek Bantustan yang dianggap berhasil di Afrika Selatan adalah
pemberian kemerdekaan kepada Transkei pada tanggal 26 Oktober 1976. Kemerdekaan
ini disambut baik oleh rakyat dan pemerintah Transkei, tetapi mendapat
tanggapan negatif dari negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat dan
Inggris.
B. PERGERAKAN POLITIK AFRIKA SELATAN DALAM MENENTANG POLITIK APARTHEID
Setelah partai nasional berkuasa di Afrika Selatan secara sistematis
dilembagakan dan dituangkan dalam undang-undang sehingga orang kulit putih
menguasai rakyat pribumi dan secara berangsur-angsur merampok dan mengurangi
hak-haknya. Orang kulit hitam menolak klaim kulit putih bahwa secara kodrat
orang kulit putih memiliki keunggulan dan hak untuk memimpin. Dengan adanya
orang-orang kulit hitam menerima pendidikan Barat maka mereka mulai mengambil
langkah-langkah membentuk gerakan politik. South Afrika Native National
Conference dan APO mengirimkan delegasinya ke London untuk mengajukan protes,
tetapi gagal. Sebagai reaksi, lahirlah South African National (SANC) pada tahun
1912 kemudian namanya diubah menjadi ANC (African National Congress).
Sasarannya terbatas pada usaha agar golongan elit Afrika Selatan diterima
secara sosial dan politik dalam masyarakat yang dikuasai oleh orang kulit
putih. Perjuangan mereka untuk mencapai sasaran adalah lewat jalan
konstitusional.
Gambar : African National Congress
Perjuangan ANC berubah setelah pemerintah Afrika Selatan mengeluarkan National
Land Act yang isinya :”orang kulit hitam dilarang membeli tanah atau hidup di
wilayah orang kulit putih sebagai penyewa atau penggarap bagi hasil”. Pada
tahun 1919 – 1920, ANC melancarkan kampanye menentang peraturan-peraturan
kewajiban orang kulit hitam membawa pas. ANC mengalami kemunduran setelah
pemerintah Afrika Selatan mengambil tindakan keras dan tegas. Untuk sementara
peranannya diambil alih oleh ICU (Industrial and Commercial Union) yang
didirikan pada tahun 1919. ANC memperluas keanggotaannya dan akhirnya
berkembang menjadi organisasi massa.
Pada tahun 1952, orang kulit hitam, kulit berwarna serta sejumlah orang kulit
putih melancarkan suatu perlawanan pasif. Situasi seperti ini terjadi pada
tahun 1970 dan kejadian serupa sering terjadi dalam perjuangan tanpa kekerasan
yang dilakukan oleh ANC. Pada tahun 1955, kelompok-kelompok yang menentang Politik
Apartheid mengadakan pertemuan di Capetown untuk menggariskan dasar-dasar
bagi Afrika Selatan yang demokratis dan non rasial. Pada tahun 1956 sebanyak
156 orang pemimpin ditangkap karena dituduh berkomplot akan menggulingkan
pemerintah. Proses ini terjadi berlarut-larut hingga akhirnya mereka dibebaskan
pada tahun 1961. Sementara ANC kehilangan pemimpin-pemimpinnya, sejumlah
anggotanya memisahkan diri dan mendirikan Pan Africanist Congress (PAC). Pada
tahun 1960 PAC melancarkan kampanye anti kebijakan pemerintah. Dalam peristiwa
itu sebanyak 69 orang tewas ditembak oleh polisi di Sharpeville. Gerakan ANC
dan PAC akhirnya dilarang setelah peristiwa itu.
Pembantaian di Sharpeville dan adanya larangan organisasi-organisasi politik di
kalangan orang kulit hitam merupakan titik balik dalam sejarah pembebasan
Afrika Selatan. Akhirnya diputuskan bahwa dengan jalan damai tidak bisa maka
ditempuh jalan kekerasan. Pada tahun 1961 – 1962, aktivis orang kulit hitam
mendirikan organisasi Umkhonto We Sizwe dan Poso dengan mengadakan sabotase
terhadap milik orang kulit putih. Menjelang akhir tahun 1973, pemimpin-pemimpin
Bantustan mengadakan pertemuan untuk membentuk federasi negeri-negeri Bantu dan
mengutuk diskriminasi rasial di Afrika Selatan.
Pada tahun 1974, para pemuka federasi mengadakan
pertemuan dengan PM Vorster. Pada pertemuan itu, PM Vorster maupun federasi
akan meminta tambahan wilayah bagi negara Bantu. PM Vorster menolak usulan agar
diselenggarakan suatu konvensi multirasial guna menyusun suatu konstitusi baru
dan dia tidak akan mengikutsertakan orang kulit hitam dalam kekuasaan negara.
Tekanan-tekanan semakin meningkat sejak bulan Juni 1976 ketika ±10.000 pelajar
melancarkan demontrasi protes di Soweto yang berkembang menjadi huru hara di
kota-kota orang kulit hitam dekat Johanessburg dan Pretoria. Ratusan orang
tewas dan lebih seribu orang mengalami luka-luka. Terbunuhnya Steve Biko
pimpinan Black Consciousness dalam tahanan merupakan puncak tekanan pemerintah
Afrika Selatan.
Pada tanggal 1 April 1960 Dewan Keamanan PBB (DK) berseru kepada Afrika Selatan
agar mengambil tindakan untuk mewujudkan harmoni rasialatas dasar persamaan dan
melepaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan Apartheid dan diskriminasi
rasial. Pada tanggal 7 Agustus 1963 DK mengulangi seruannya sambil menghimbau
kepada semua negara agar menghentikan penjualan senjata dan perlengkapan
militer kepada Afrika Selatan. Pada tanggal 4 Desember 1963, DK mengutuk sikap
acuh tak acuh pemerintah Afrika Selatan dan mengulangi kembali seruannya kepada
semua negara agar menggunakan embargo senjata.
Sehubungan dengan jatuhnya banyak korban ketika pasukan Afrika Selatan
melepaskan tembakan terhadap demonstran yang menentang diskriminasi sosial (16
Juni 1976) pada tanggal 14 Juni 1976 DK mengutuk keras pemerintah Afrika
Selatan. Mereka mengatakan bahwa Apartheid adalah suatu kejahatan,
mengganggu perdamaian dan keamanan international serta mengakui sahnya
perjuangan rakyat Afrika Selatan dalam melenyapkan Apartheid.
Sikap negara barat yang menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban martabat
semua orang tidak setuju dengan diskriminasi rasial dan Politik Apartheid
di Afrika Selatan, tetapi mereka tidak dapat berbuat sesuatu karena mempunyai
banyak kepentingan. Mereka hanya mendukung resolusi-resolusi anti Apartheid.
Kepentingan negara-negara Barat terhadap Afrika Selatan antara lain sebagai
berikut :
• Afrika Selatan merupakan salah
satu sumber utama bahan mentah yang dibutuhkan oleh industri dan kehidupan
negara-negara tersebut.
• Letak geografis Afrika Selatan mempunyai arti penting bagi strategi global
negara-negara Barat, khususnya USA.
• Afrika Selatan menguasai jalur pelayaran Tanjung Harapan yang merupakan urat
nadi mereka.
• Suplai minyak dan bahan-bahan mentah vital diangkut lewat jalur tersebut.
C. PERAN
NELSON MANDELA DALAM PENGHAPUSAN RASIALISME
Kemenangan Mandela adalah salah seorang dari banyak tokoh pejuang politik
Afrika Selatan yang sempat menyaksikan dan merasakan puncak dari perjuangannya
yakni pembebasan kaum kulit hitam Afrika Selatan dari penindasan kaum kulit
putih. Kemenangannya dalam pemilihan demokratis dan miltirasial pertama kali
sepanjang 340 tahun sejarah Afrika Selatan pada bulan Mei 1994 membawa
perubahan besar bagi negeri itu. Nama Nelson Mandela mulai menanjak
ketika ia terpilih menjadi Sekjen ANC (African National Congress) pada tahun
1948 dan pada tahun 1952 menjadi Presiden Liga Pemuda. Sejak itu Mandela
lebih banyak memainkan peranannya secara rahasia. Pada tahun 1961 sebagai
Sekretariss Jenderal ANC, Mandela mengomandokan pemogokan selama tiga
hari 29 – 31 Mei 1961. seruan pemogokan itu ditanggapi oleh pemerintah
Apartheid sebagai suatu pelanggaran serius.
Gambar : Nelson Mandela
Pada bulan Desember 1962, ia dijatuhi 5 tahun penjara, dengan tuduhan
meninggalkan negara secara ilegal. Mandela menjalani hukumannya di penjara
Pretoria. Tidak beberapa lama tokoh-tokoh ANC lainnya juga ditangkap di markas
ANC. Pada saat itu disita pula sejumlah dokumen rahasia, menyangkut ANC dan
Tombak Bangsa. Mereka yang ditangkap yaitu Walter Sisulu, Govan Mbeki, Raymond
Mhlaba, Ahmed Akthrada, Dennis Golberg dan Lionel Bernstein. Mandela
bersama-sama dengan keenam rekannya diperiksa dengan tuduhan melakukan sabotase
bersengkongkol untuk menumbangkan pemerintah dan membantu unsur asing menyerang
Afrika Selatan. Mereka akhirnya divonis dengan hukuman seumur hidup pada
tanggal 12 Juni 1964 dan harus mendekam dalam penjara di Pulai Roben Cape Town.
Pada tahun 1982 Mandela dipindahkan lagi ke penjara Pollsmor juga masih daerah
Cape Town.
Selama di penjara itulah kampanye pembebasannya dilancarkan, baik di Afrikan
Selatan sendiri maupun di luar Afrika Selatan. Aksi protes dan kampanye
pembebasan Mandela semakin berkobar sejak tahun 1982, bahkan pada tahun 1988
ulang tahun ke-70 Nelson Mandela dirayakan oleh bangsa kulit hitam
Afrika Selatan dengan menggelar konser musik selama 120 jam non stop dan
disiarkan ke-50 negara. Akibat kampanye pembebasan tokoh ANC ini, makin banyak
negara yang menekan pemerintah Apartheid Afrika Selatan baik secara
politik maupun ekonomi.
Kampanye pembebasan itu membuat Mandela menjadi tokoh tahanan politik
paling populer di dunia. Akibat tekanan yang bertubi-tubi pada bulan Juli 1989
Botha bertemu dengan presiden F.W. de Klerk pengganti Botha. Dari
pertemuan-pertemuan itu pada bulan Februari 1990, de Klerk mengumumkan di depan
parlemen bahwa pemerintahannya akan mencabut larangan bagi ANC, Partai Komunis
Afrika Selatan (SACP) dan Pan Africanist Congress (PAC) menyusul diakhirinya Politik
Apartheid. Pada kesempatan itu de Klerk juga mengisyaratkan bahwa Mandela
akan segera dibebaskan. Pembebasan tokoh kharismatik Afrika Selatan ini
kemudian dilaksanakan sesuai dengan janjinya. Pada tanggal 11 Februari 1990
dari penjara Victor Verster, Mandela dibebaskan. Pembebasan itu sangat menarik
perhatian dunia dan disambut oleh ratusan wartawan baik dari dalam maupun luar
negeri.
BAB III. PENUTUPAN
1.4 Kesimpulan
Semenjak kedatangan bangsa Eropa di Afrika Selatan,
menyebabkan berbagai persoalan bagi warga kulit hitam di Afsel, salah
satunya ialah adanya perbedaan ras yang kemudian menimbulkan diskriminasi
pemisahan warga negara yang dibedakan berdasarkan warna ras kulit.
Kebijakan-kebijkan baru yang kemudian dikenal dengan nama Apartheid, yaitu
pemisahan orang-orang kulit putih dengan orang-orang Afrika kulit hitam.
Menjadikan pemicu utama terjadinya konflik di Afrika Selatan selama
bertahun-tahun. Bangsa Belanda yang pertama kali datang, kemudian disusul oleh
kedatangan Bangsa Inggris semakin memperpanjang politik ini dalam sejarah
Afrika Selatan.
Diantara kebijakan-kebijakan yang dilakukan, sebagaian
besar selalu merugikan warga kulit hitam, dan menguntungkan minoritas warga
kulit putih. Kekerasan serta pembunuhan yang terjadi, tidak lain sebagai akibat
dari reaksi perlawanan warga kulit hitam dalam memperjuangkan penghapusan
Politik Apartheid di Afsel. Nelson Mandela yang kemudian hadir sebagai pemimpin
dalam memperjuangkan kesamarataan ras, mendirikan organisasi politik dibawah
ANC yang kemudian bergerak di “bawah tanah” setelah organisasi tersebut dilarang
oleh pemerintah. Sehingga akibat dari perlawanannya tersebut, Mandela harus
menjadi tahanan politik pemerintah.
Tekanan dari berbagai pihak dalam penghapusan Politik
Apartheid di Afrika Selatan. Baik dari dalam maupun luar negeri, menyebabkan
terus berkurangnya dukungan politik terhadap rezim Apartheid, dan memaksa de
Klerk membebaskan Nelson Mandela dan tahanan politik lainnya. Dengan pembebasan
Nelson Mandela tersebut membawa dampak positif terhadap perjuangan rakyat
Afrika Selatan, seperti dengan kemudian dihapusnya Undang-undang dasar negara
tetang rasialisme yang berlaku hampir di setiap bagian Afrika Selatan, yang
kemudian politik tersebut berakhir bersamaan dengan dipilihnya Nelson
Mandela sebagai presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan.
1.5 Saran
Diharap dalam kehidupan sehari –
hari kita tidak boleh membeda – bedakan warna kulit karena itu bersifat rasisme
.
1.6 Daftar Pustaka
Ø http://kajianafrika.wordpress.com/sejarah/
Ø http://eeas.afrika.eu/delegations/indonesia/what_eu/european_symbols/index_id.htm